Kamis, 03 Oktober 2013

INDIKATOR DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

  1. Pengertian
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
  1. 1.    tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
  2. 2.    karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
  3. 3.    potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu:
  1. 1.    Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
  2. 2.    Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikoator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
  1. B. Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut :
  1. 1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
  1. 2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry.
  1. 3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
  1. 4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR
  1. A. Menganalisis Tingkat Kompetensi
dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional
NoKlasifikasi Tingkat KompetensiKata Kerja Operasional yang Digunakan
1Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
  1. Mendeskripsikan (describe)
  2. Menyebutkan kembali (recall)
  3. Melengkapi  (complete)
  4. Mendaftar (list)
  5. Mendefinisikan (define)
  6. Menghitung (count)
  7. Mengidentifikasi (identify)
  8. Menceritakan (recite)
  9. Menamai (name)
2Memproses (processing)
  1. Mensintesis (synthesize)
  2. Mengelompokkan (group)
  3. Menjelaskan (explain)
  4. Mengorganisasikan (organize)
  5. Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
  6. Menganalogikan (make analogies)
  7. Mengurutkan (sequence)
  8. Mengkategorikan (categorize)
  9. Menganalisis (analyze)
  10. Membandingkan (compare)
  11. Mengklasifikasi (classify)
  12. Menghubungkan (relate)
  13. Membedakan (distinguish)
  14. Mengungkapkan sebab (state causality)
3Menerapkan dan mengevaluasi
  1. Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
  2. Membuat model (model building)
  3. Mengevaluasi (evaluating)
  4. Merencanakan (planning)
  5. Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating)
  6. Memprediksi (predicting)
  7. Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring)
  8. Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting)
  9. Menggeneralisasikan (generalizing)
  10. Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating)
  11. Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining)
  12. Merancang (designing)
  13. Menciptakan (creating)
  14. Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing)
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4.
Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif
PengetahuanPemahamanPenerapanAnalisisSintesisPenilaian
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengombinasikan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif
MenerimaMenanggapiMenilaiMengelolaMenghayati
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan
Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik
MenirukanMemanipulasiPengalamiahanArtikulasi
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengonstruksi
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
  1. B. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.
Kelompok Mata PelajaranMata PelajaranAspek yang Dinilai
Agama dan Akhlak MuliaPendidikan AgamaAfektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan KepribadianPendidikan KewarganegaraanAfektif dan Kognitif
Jasmani Olahraga dan KesehatanPenjas OrkesPsikomotorik, Afektif, dan Kognitif
EstetikaSeni BudayaAfektif dan Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan dan TeknologiMatematika, IPA, IPS
Bahasa, dan TIK.
Afektif, Kognitif,  dan/atau Psikomotorik sesuai karakter mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Sebagai contoh dalam mata pelajaran fisika terdapat indikator sebagai berikut:
  1. 1.      Membuat model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr dengan menggunakan bahan kertas, steroform, atau lilin mainan.
  2. 2.      Memvisualisasikan perbedaan model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr.
Indikator pertama tidak mengakomodir keragaman karakteristik peserta didik karena siswa dengan intelegensi dan gaya belajar visual verbal dapat mengekspresikan melalui cara lain, misalnya melalui lukisan atau puisi.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
  1. C. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
  1. D. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
  1. 1.    Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
  2. 2.    Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
  3. 3.    Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
  4. 4.    Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
  5. 5.    Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam lampiran 1.
  6. 6.    Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
  1. E. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.
Pengembangan indikator dapat menggunakan format seperti contoh berikut.
Kompetensi Dasar/IndikatorIndikator PenilaianBentuk
3.2   Mendeskripsikan perkembangan teori atom
  • Mendeskripsikan karakteristik teori atom Thomson, Rutherford, Niels Bohr, dan mekanika kuantum
  • Menghitung perubahan energi elektron yang mengalami eksitasi
  • Menghitung panjang gelombang terbesar dan terkecil pada deret Lyman, Balmer, dan Paschen pada spectrum atom hidrogen
  • Siswa dapat memvisualisasikan bentuk atom Thomson, Rutherford, dan Bohr
  • Siswa dapat menunjukkan sikap kerjasama, minat dan kreativitas, serta komitmen melaksanakan tugas dalam kerja kelompok
  • Siswa dapat menunjukkan kelemahan dari teori atom Thomson, Rutherford, atau Niels Bohr
  • Siswa dapat menghitung energi dan momentum sudut electron berdasarkan teori atom Bohr
  • Siswa dapat menghitung besar momentum sudut berdasarkan teori atom mekanika kuantum
  • Siswa dapat menghitung panjang gelombang atau frekuensi terbesar dari deret Lyman, Balmer, atau Paschen
  • Siswa dapat menerapkan konsep energi ionisasi, energi foton, dan/ atau energi foton berdasarkan data dan deskripsi elektron dalam atom.
Penilaian hasil karya/produk
Penilaian sikap
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
  1. F. Manfaat Indikator Penilaian
Indikator Penilaian bermanfaat bagi :
  1. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes.
  2. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes. Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya.
  3. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan penilaian di kelas.
  4. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002). Jakarta: Balai Pustaka
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-Bacon.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media.
Lampiran 1
Contoh Kata Kerja Operasional
Sesuai dengan Karakteristik Matapelajaran
Berhubungan dengan Prilaku Sosial
  • § Menerima (accept)
  • § Mengakui/menerima sesuatu (admit)
  • § Menyetujui (agree)
  • § Membantu (aid)
  • § Membolehkan/menyediakan/memberikan (allow)
  • § Menjawab (answer)
  • § Menjawab/mengemukakan pendapat dengan alasan-alasan (argue)
  • § Mengkomunikasikan (communicate)
  • § Memberi pujian/mengucapkan selamat (compliment)
  • § Menyumbang (contribute)
  • § Bekerjasama (cooperate)
  • § Berdansa (dance)
  • § Menolak /menidaksetujui (disagree)
  • § Mendiskusikan (discuss)
  • § Memaafkan (excuse)
  • § Memaafkan (forgive)
  • § Menyambut/menyalami (greet)
  • § Menolong/membantu (help)
  • § Berinteraksi/melakukan interaksi (interact)
  • § Mengundang (invite)
  • § Menggabung (joint)
  • § Menertawakan (laugh)
  • § Menemukan (meet)
  • § Berperanserta (participate)
  • § Mengizinkan/membolehkan (permit)
  • § Memuji-muji (praise)
  • § Bereaksi (react)
  • § Menjawab/menyahut (reply)
  • § Tersenyum (smile)
  • § Berbicara (talk)
  • § Berterimakasih (thank)
  • § Berkunjung (visit)
  • § Bersukarela (volunteer)

Berhubungan dengan Kompetensi Berpikir tingkat Tinggi
(complex, logical, judgmental behaviors)
  • § Menganalisis (analyze)
  • § Menghargai (appraise)
  • § Menilai (assess)
  • § Mengkombinasikan (combine)
  • § Membandingkan (compare)
  • § Menyimpulkan (conclude)
  • § Mengkontraskan (contrast)
  • § Mengkritik (critize)
  • § Menarik kesimpulan (deduce)
  • § Membela/mempertahankan (defend)
  • § Menunjukkan / menandakan (designate)
  • § Menentukan (determine)
  • § Mencari /menjelajah (discover)
  • § Mengevaluasi (evaluate)
  • § Merumuskan (formulate)
  • § Membangkitkan/menghasilkan/menyebabkan (generate)
  • § Membujuk/menyebabkan (induce)
  • § Menduga/Mengemukan pendapat/mengambil kesimpulan (infer)
  • § Merencanakan (plan)
  • § Menyusun (structure)
  • § Menggantikan (substitute)
  • § Menyarankan (suggest)
  • § Memilih (choose)
  • § Mengumpulkan (collect)
  • § Mendefinisikan (define)
  • § Menjelaskan sesuatu (describe)
  • § Mendeteksi (detect)
  • § Membedakan antara 2 macam (differentiate)
  • § Membedakan/Memilih-milih (discriminate)
  • § Membedakan sesuatu (distinguish)
  • § Mengidentifikasi (identify)
  • § Mengindikasi (indicate)
  • § Mengisolasi (isolate)
  • § Mendaftarkan (list)
  • § Memadukan (match)
  • § Meniadakan (omit)
  • § Mengurutkan (order)
  • § Mengambil (pick)
  • § Menempatkan (place)
  • § Menunjuk (point)
  • § Memilih (select)
  • § Memisahkan (separate)

Berhubungan dengan Kompetensi Musik (seni)
  • § Meniup (blow)
  • § Menundukkan kepala (bow)
  • § Bertepuk (clap)
  • § Menggubah /menyusun (compose)
  • § Menyentuh (finger)
  • § Memadankan/berpadanan (harmonize)
  • § Menyanyi kecil/bersenandung (hum)
  • § Membisu (mute)
  • § Memainkan (play)
  • § Memetik (misal gitar) (pluck)
  • § Mempraktikkan (practice)
  • § Menyanyikan (sing)
  • § Memetik/mengetuk-ngetuk (strum)
  • § Mengetuk (tap)
  • § Bersiul (whistle)

Berhubungan dengan Kompetensi Berbahasa
  • § Menyingkat/memendekkan (abbreviate)
  • § Memberi tekanan pada sesuatu /menekankan (accent)
  • § Mengabjad/menyusun menurut abjad (alphabetize)
  • § Mengartikulasikan/ mengucapkan kata-kata dengan jelas (articulate)
  • § Memanggil (call)
  • § Menulis dengan huruf besar (capitalize)
  • § Menyunting/mengedit (edit)
  • § Menghubungkan dengan garis penghubung (hyphenate)
  • § Memasukkan (beberapa spasi) /melekukkan (indent)
  • § Menguraikan/memperlihatkan garis bentuk/ menggambar denah atau peta (outline)
  • § Mencetak (print)
  • § Membaca (read)
  • § Mendeklamasikan/membawakan/mencerita-kan (recite)
  • § Mengatakan (say)
  • § Menandai (sign)
  • § Berbicara (speak)
  • § Mengeja (spell)
  • § Menyatakan (state)
  • § Menyimpulkan (summarize)
  • § Membagi atas suku-suku kata (syllabicate)
  • § Menceritakan (tell)
  • § Menerjemahkan (translate)
  • § Mengungkapkan dengan kata-kata (verbalize)
  • § Membisikkan (whisper)
  • § Mengucapkan/melafalkan/menyatakan (pronounce)
  • § Memberi atau membubuhkan tanda baca (punctuate)
  • § Menulis (write)

Berhubungan dengan Kompetensi Drama
  • § Berakting/berperilaku (act)
  • § Menjabat/mendekap/ menggengam (clasp)
  • § Menyeberang/melintasi/ berselisih (cross)
  • § Menunjukkan/mengatur/ menyutradarai (direct)
  • § Memajangkan (display)
  • § Memancarkan (emit)
  • § Memasukkan (enter)
  • § Mengeluarkan (i
  • § Mengekspresikan (express)
  • § Meniru (imitate)
  • § Meninggalkan (leave)
  • § Menggerakkan (move)
  • § Berpantomim/Meniru gerak tanpa suara (pantomime)
  • § Menyampaikan/menyuguhkan/ mengulurkan/melewati (pass)
  • § Memainkan/melakukan (perform)
  • § Meneruskan/memulai/beralih (proceed)
  • § Menanggapi/menjawab/ menyahut (respond)
  • § Memperlihatkan/Menunjukkan (show)
  • § Mendudukkan (sit)
  • § Membalik/memutar/mengarahkan/mengubah/ membelokkan (turn)

Berhubungan dengan Kompetensi Seni Lukis
  • § Memasang (assemble)
  • § Mencampur (blend)
  • § Menyisir/menyikat (brush)
  • § Membangun (build)
  • § Mengukir (carve)
  • § Mewarnai (color)
  • § Mengkonstruk/membangun(construct)
  • § Memotong (cut)
  • § Mengoles (dab)
  • § Menerangkan (dot)
  • § Menggambar (draw)
  • § Mengulang-ulang/melatih (drill)
  • § Melipat (fold)
  • § Membentuk (form)
  • § Menggetarkan/memasang (frame)
  • § Memalu (hammer)
  • § Menangani (handle)
  • § Menggambarkan (illustrate)
  • § Mencairkan (melt)
  • § Mencampur (mix)
  • § Memaku (nail)
  • § Mengecat (paint)
  • § Menepuk (pat)
  • § Menggosok (polish)
  • § Menuangkan (pour)
  • § Menekan (press)
  • § Menggulung (roll)
  • § Menggosok/ menyeka (rub)
  • § Menggergaji (saw)
  • § Memahat (sculpt)
  • § Menyampaikan/melempar (send)
  • § Mengocok (shake)
  • § Membuat sketsa (sketch)
  • § Menghaluskan (smooth)
  • § Mengecap/menunjukkan (stamp)
  • § Melengketkan (stick)
  • § Mengaduk (stir)
  • § Meniru/menjiplak (trace)
  • § Menghias/memangkas (trim)
  • § Merengas/memvernis (varnish)
  • § Melekatkan/menempelkan/merekatkan (paste)
  • § Menyeka/menghapuskan/ membersihkan (wipe)
  • § Membungkus (wrap)


Berhubungan dengan Kompetensi Fisik (Jasmani)
  • § Melengkungkan (arch)
  • § Memukul (bat)
  • § Menekuk/melipat/ membengkokkan (bend)
  • § Mengangkat/membawa (carry)
  • § Menangkap (catch)
  • § Mengejar/memburu (chase)
  • § Memanjat (climb)
  • § Menghadap (face)
  • § Mengapung (float)
  • § Merebut/menangkap/ mengambil (grab)
  • § Merenggut/memegang/ menyambar/merebut (grasp)
  • § Memegang erat-erat (grip)
  • § Memukul/menabrak (hit)
  • § Melompat/meloncat (hop)
  • § Melompat (jump)
  • § Menendang (kick)
  • § Mengetuk (knock)
  • § Mengangkat/mencabut i
  • § Berbaris (march)
  • § Melempar/memasangkan/memancangkan/menggantungkan (pitch)
  • § Menarik (pull)
  • § Mendorong (push)
  • § Berlari (run)
  • § Mengocok (shake)
  • § Bermain ski (ski)
  • § Meloncat (skip)
  • § Berjungkirbalik (somersault)
  • § Berdiri (stand)
  • § Melangkah (step)
  • § Melonggarkan/merentangkan (stretch)
  • § Berenang (swim)
  • § Melempar (throw)
  • § Melambungkan/melontarkan (toss)
  • § Berjalan (walk)

Berhubungan dengan Perilaku Kreatif
  • § Mengubah (alter)
  • § Menanyakan (ask)
  • § Mengubah (change)
  • § Merancang (design)
  • § Menggeneralisasikan (generalize)
  • § Memodifikasi (modify)
  • § Menguraikan dengan kata-kata sendiri (paraphrase)
  • § Meramalkan (predict)
  • § Menanyakan (question)
  • § Menyusun kembali (rearrange)
  • § Mengkombinasikan kembali (recombine)
  • § Mengkonstruk kembali (reconstruct)
  • § Mengelompokkan kembali (regroup)
  • § Menamakan kembali (rename)
  • § Menyusun kembali (reorder)
  • § Mengorganisasikan kembali (reorganize)
  • § Mengungkapkan kembali (rephrase)
  • § Menyatakan kembali (restate)
  • § Menyusun kembali (restructure)
  • § Menceritakan kembali (retell)
  • § Menuliskan kembali (rewrite)
  • § Menyederhanakan (simplify)
  • § Mengsintesis (synthesize)
  • § Mengsistematiskan (systematize)

Berhubungan dengan Kompetensi Matematika
  • § Menambah (add)
  • § Membagi dua (bisect)
  • § Menghitung/mengkalkulasi (calculate)
  • § Mencek/meneliti (check)
  • § Membatasi (circumscribe)
  • § Menghitung/mengkomputasi (compute)
  • § Menghitung (count)
  • § Memperbanyak (cumulate)
  • § Mengambil dari (derive)
  • § Membagi (divide)
  • § Memperkirakan (estimate)
  • § Menyarikan/menyimpulkan (extract)
  • § Memperhitungkan (extrapolate)
  • § Membuat grafik (graph)
  • § Mengelompokkan (group)
  • § Memadukan/mengintegrasikan (integrate)
  • § Menyisipkan/menambah (interpolate)
  • § Mengukur (measure)
  • § Mengalikan/memperbanyak (multiply)
  • § Menomorkan (number)
  • § Membuat peta (plot)
  • § Membuktikan (prove)
  • § Mengurangi (reduce)
  • § Memecahkan (solve)
  • § Mengkuadratkan(square)
  • § Mengurangi (substract)
  • § Menjumlahkan (sum)
  • § Mentabulasi (tabulate)
  • § Mentally (tally)
  • § Memverifikasi (verify)

Berhubungan dengan Kompetensi Sains
  • § Menjajarkan (align)
  • § Menerapkan (apply)
  • § Melampirkan (attach)
  • § Menyeimbangkan (balance)
  • § Mengkalibrasi (calibrate)
  • § Melaksanakan (conduct)
  • § Menghubungkan (connect)
  • § Mengganti (convert)
  • § Mengurangi (decrease)
  • § Mempertunjukkan/memperlihatkan (demonstrate)
  • § Membedah (dissect)
  • § Memberi makan (feed)
  • § Menumbuhkan (grow)
  • § Menambahkan/meningkatkan (increase)
  • § Memasukkan/menyelipkan (insert)
  • § Menyimpan (keep)
  • § Memanjangkan (lenghthen)
  • § Membatasi (limit)
  • § Memanipulasi (manipulate)
  • § Mengoperasikan (operate)
  • § Menanamkan (plant)
  • § Menyiapkan (prepare)
  • § Memindahkan(remove)
  • § Menempatkan kembali(replace)
  • § Melaporkan (report)
  • § Mengatur ulang (reset)
  • § Mengatur (set)
  • § Menentukan/menetapkan (specify)
  • § Meluruskan (straighten)
  • § Mengukur waktu (time)
  • § Mentransfer (transfer)
  • § Membebani/memberati (weight)


Berhubungan dengan Kompetensi Umum, Kesehatan, dan Keamanan
  • § Mengancingi (button)
  • § Membersihkan (clean)
  • § Menjelaskan (clear)
  • § Menutup (close)
  • § Menyikat/menyisir(comb)
  • § Mencakup (cover)
  • § Mengenakan/menyarungi (dress)
  • § Minum (drink)
  • § Makan (eat)
  • § Menghapus (eliminate)
  • § Mengosongkan (empty)
  • § Mengetatkan/melekatkan (fasten)
  • § Mengisi/memenuhi/melayani /membuat (fill)
  • § Melintas/berjalan (go)
  • § Mengikat tali/menyusuri (lace)
  • § Menumpuk/menimbun (stack)
  • § Menghentikan (stop)
  • § Merasakan (taste)
  • § Mengikat/membebat (tie)
  • § Tidak mengancingi (unbutton)
  • § Membuka/menanggalkan (uncover)
  • § Menyatukan (unite)
  • § Membuka (unzip)
  • § Menunggu (wait)
  • § Mencuci (wash)
  • § Memakai (wear)
  • § Menutup (zip)

JADWAL KULIAH SEMESTER 1




JADWAL KELAS A

















JADWAL KELAS B









JADWAL KELAS C



MOHON MENGAJAR SESUAI JADWAL JIKA ADA PERUBAHAN MOHON MENGHUBUNGI NO 085645781246. 
JADWAL BERLAKU SELAMA SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013-2014




























































































Minggu, 29 September 2013

english day 2012







Membangun Budaya Bangsa


Pidato BJ Habibie yang menekankan pentingnya tiga sinergi untuk memajukan bangsa, yakni budaya, agama, dan ilmu pengetahuan, menarik untuk dicermati. Pidato yang disampaikan ketika menerima anugerah penghargaan tertinggi Diaspora Award dari Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam closing ceremony Kongres Diaspora Indonesia II di Jakarta Convention Center (JCC), baru-baru ini memandang penting memajukan budaya selain memajukan agama dan ilmu pengetahuan.
Selama ini untuk menuju kemajuan bangsa, hanya ilmu pengetahuan dan agama yang dipandang penting. Bahkan, ada ungkapan yang mendunia yang kerapkali diucapkan yang terdiri hanya dua, yakni ilmu pengetahuan dan agama. Seringkali dikatakan: ilmu pengetahuan tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh. Dan, baru kali ini ada pengakuan dari seorang tokoh yang juga menyebutkan bahwa budaya itu merupakan salah satu bagian penting.
Memang benar apa yang dikatakan BJ Habibie, budaya itu merupakan bagian yang tak bisa diabaikan. Sebab, jelas-jelas budaya itu adalah bagian yang melekat pada manusia. Tanpa budaya, manusia tidak akan dapat survive.
Peter Berger, seorang sosiolog kontemporer, menyatakan bahwa manusia harus membangun dunianya sendiri agar dapat survive dalam kehidupannya di dunia. Manusia dibedakan dengan makhluk Tuhan lainnya, yang tak memerlukan budaya, yakni: makhluk yang bernama tumbuhan dan hewan. Hanya manusialah yang perlu budaya, yang hidupnya perlu berbudaya.
Jika budaya itu merupakan sesuatu yang dibangun manusia sejak dini, maka budaya itu memerlukan langkah pembiasaan sejak dini pula. Budaya yang terbangun dalam setiap diri manusia sejak dini itu akan menandai kepribadiannya, apakah seseorang mengembangkan pribadi yang baik atau tidak.
Bangsa ini tentu saja membutuhkan pribadi-pribadi yang baik. Itu artinya setiap anak bangsa ini harus membangun budaya yang nantinya berguna bagi dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, negara, dan juga seluruh umat manusia di dunia. Budaya itu akan amat menentukan kondisi masyarakat yang dibangun.
Selama ini pembangunan budaya itu hanya dipandang sebagai pelengkap saja. Oleh karena itulah, bangsa yang seharusnya dihuni oleh orang-orang yang berjiwa budaya baik, harus selalu dikhtiarkan. Sebuah bangsa yang anggota masyarakat bangsanya dipenuhi dengan orang-orang yang berjiwa budaya baik, tentu saja akan sangat menentukan kualitas sebuah bangsa. Jangan sampai bangsa ini semakin banyak dihuni oleh orang-orang yang tak punya budaya baik. Jika ini terjadi, tentu saja bangsa sulit untuk mencapai kemajuan bangsa.
Untuk itu, pembangunan budaya, yakni budaya baik, perlu dilakukan secara terencana dan sistemik. Jangan sampai bangsa ini dipenuhi oleh orang-orang yang tak punya budaya baik. Dikatakan demikian, karena sekarang ini, memang terdapat gejala yang semakin menguat ke arah itu. Orang-orang semakin banyak meninggalkan budaya baiknya, lalu melakukan tindakan budaya yang sebetulnya tak dibenarkan oleh anggapan umum dan bahkan dirinya sendiri.
Namun, di tengah bangsa ini, orang-orang yang memiliki kebiasaan melakukan tindakan korup, suap, narkoba, kekerasan dalam berbagai bentuk, dan seterusnya, secara langsung dan tak tersadari terjadi pembangunan budaya yang tak baik. Dan, jika budaya ini mengalami pembiaran terhadap merebaknya budaya tak baik, tentu bangsa ini akan semakin mundur.
Jika menginginkan bangsa kita menjadi bangsa yang maju, kita semua harus berkomitmen untuk membangun budaya baik dalam setiap individu. Budaya baik ini akan dapat dikembangkan dengan baik dalam masyarakat kita, jika terjadi pengelolaan terus-menerus tentang pembangunan budaya ini. Membangun budaya, dengan demikian, bukan sekedar sebagai suatu yang diwariskan oleh leluhur kita. Namun, kita semua harus mengusahakan agar dalam setiap diri individu masyarakat bangsa ini tertanam dan terbina watak budaya bangsa yang baik.
Strategi yang paling jitu adalah adanya kesadaran dan kemauan inklusif untuk membangun budaya baik. Dengan kata lain, dalam setiap individu anggota masyarakat bangsa terdapat self regulation untuk membangun budaya baik itu. Dan, jika masyarakat bangsa kita dipenuhi oleh individu-individu masyarakat bangsa yang berbudaya baik, niscaya bangsa ini akan mengalami kesejahteraan dan kebahagiaan.
Self regulation itu merupakan kesadaran diri penuh setiap individu manusia untuk senantiasa mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik. Dalam tindakan dan aktivitas sehari-hari, lebih mengikuti budaya baik, dan bukan budaya buruk seperti tindakan korupsi dan suap. Artinya, setiap individu manusia di tengah bangsa ini harus sadar diri untuk senantiasa melakukan budaya baik.


Akhir kata, semoga kita semua berpihak pada budaya baik, mengamalkan budaya baik, sehingga bangsa kita akan menjadi baik. Pernyataan BJ Habibie itu sungguh benar, bahwa ilmu pengetahuan, agama, dan budaya itu harus dijadikan sebagai sesuatu yang penting. Jika ilmu pengetahuan dapat membuat kita tak lumpuh, agama membuat kita tahu moral, sedangkan budaya dapat membuat kita menjadi arif bijaksana. Budaya bangsa yang baik itu, harus kita bangun dan kita kembangkan agar bangsa kita ke depan menjadi semakin baik. ***





Oleh Putera Manuaba (dosen Fakultas Ilmu Budaya 
Universitas Airlangga)

12 PILAR PENDIDIKAN BERKARAKTER

12 Pilar Keutamaan menurut Doni Koesoema A adalah sebagai berikut:
1. Penghargaan terhadap tubuh
Penghargaan terhadap tubuh merupakan keutamaan fundamental yang perlu dikembangkan dalam diri setiap orang. Penghargaan terhadap tubuh termasuk di dalamnya kesediaan dan kemampuan individu menjaga dan merawat kesehatan jasmani tiap individu. Kesehatan jasmani merupakan salah satu bagian penting bagi pembentukan keutamaan. Pendidikan karakter mesti memprioritaskan tentang bagaimana individu dapat menjaga tubuhnya satu sama lain, tidak merusaknya, melainkan membuat keberadaan tubuh tumbuh sehat sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan kodratnya. Penghargaan terhadap tubuh merupakan ekspresi diri individu untuk menjadi perawat dan pelindung satu sama lain. Individu mesti menumbuhkan dalam dirinya sendiri keinginan untuk merawat tubuh diri dan orang lain, termasuk pertumbuhan psikologis dan emosionalnya.
2. Transendental
Pengembangan keutamaan transendental, baik itu yang sifatnya religius, keagamaan, maupun yang sublim, seperti kepekaan seni, apresiasi karya-karya manusia yang membangkitkan refleksi serta kemampuan untuk memahami kebesaran yang Illahi merupakan dasar bagi pengembangan pembentukan karakter. Setiap individu dianugerahi kepekaan akan sesuatu yang lembut, halus, yang bekerja secara rohani mendampingi manusia, kepekaan akan sesuatu yang adikodrati. Kepekaan akan yang Kudus, yang transenden, yang baik, yang indah, baik itu dalam diri manusia maupun di alam, merupakan salah satu sarana untuk membentuk individu menjadi pribadi berkeutamaan.
3. Keunggulan akademik
Keunggulan akademik adalah tujuan dasar sebuah lembaga pendidikan. Keunggulan akademik berbeda dengan sekedar lulus ujian. Keunggulan akademik mencakup di dalamnya, cinta akan ilmu, kemampuan berpikir kritis, teguh pada pendirian, serta mau mengubah pendirian itu setelah memiliki pertimbangan dan argumentasi yang matang, memiliki keterbukaan akan pemikiran orang lain, berani terus menerus melakukan evaluasi dan kritik diri, terampil mengomunikasikan gagasan, pemikiran, melalui bahasa yang berlaku dalam ruang lingkup dunia akademik, mengembangkan rasa kepenasaranan intelektual yang menjadi kunci serta pintu pembuka bagi hadirnya ilmu pengetahuan. Dari kecintaan akan ilmu inilah akan tumbuh inovasi, kreasi dan pembaharuan dalam bidang keilmuan.
4. Penguasaan diri
Penguasaan diri merupakan kemampuan individu untuk menguasai emosi dan perasaannya, serta mau menundukkan seluruh dorongan emosi itu pada tujuan yang benar selaras dengan panduan akal budi. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kesediaan mengolah emosi dan perasaan, mau menempatkan kecondongan rasa perasaan sesuai dengan konteks dan tujuan yang tepat sebagaimana akal budi membimbingnya. Penguasaan diri termasuk di dalamnya kemampuan individu dalam menempatkan diri, bertindak dan berkata-kata secara bijak dalam ruang dan waktu yang tertentu.
5. Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan yang memungkinkan individu mampu melakukan sesuatu dan merelisasikan apa yang dicita-citakannya. Keberanian termasuk di dalamnya kesediaan untuk berkorban demi nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya, tahan banting, gigih, kerja keras, karena individu tersebut memiliki cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam hidupnya. Keberanian merupakan dorongan yang memungkinkan individu mewujudnyatakan dan merealisasikan impiannya.
6. Cinta kebenaran
Cinta akan kebenaran merupakan dasar pembentukan karakter yang baik, bukan sekedar sebagai seorang pembelajar, melainkan juga sebagai manusia. Manusia merindukan kebenaran dan dengan akal budinya manusia berusaha mencari, menemukan dan melaksanakan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Prinsip berpegang teguh pada kebenaran mesti diterapkan bagi praksis individu maupun dalam kehidupan bersama. Cinta akan kebenaran yang sejati memungkinkan seseorang itu berani mengorbankan dirinya sendiri demi kebenaran yang diyakininya. Sebab, keteguhan nilai-nilai akan kebenaran inilah yang menentukan identitas manusia sebagai pribadi berkarakter.
7. Terampil
Memiliki berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan, bagi perkembangan individu maupun dalam kerangka pengembangan profesional menjadi syarat utama pengembangan pendidikan karakter yang utuh. Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, kompeten dalam bidang yang digeluti merupakan dasar bagi keberhasilan hidup di dalam masyarakat. Melalui kompetensinya ini seorang individu mampu mengubah dunia.
8. Demokratis
Masyarakat global hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk saling membutuhkan, bahu membahu satu sama lain. Masyarakat tidak dapat hidup secara tertutup sebab keterhubungan satu sama lain itu merupakan kondisi faktual manusia. Karena itu, setiap individu mesti belajar bagaimana hidup bersama, mengatur tatanan kehidupan secara bersama, sehingga inspirasi dan aspirasi individu dapat tercapai. Demokrasi mengandaikan bahwa individu memiliki otonomi dalam kebersamaan untuk mengatur kehidupannya sehingga individu dapat bertumbuh sehat dalam kebersamaan. Demokrasi termasuk di dalamnya pengembangan dan penumbuhan semangat kebangsaan.
9. Menghargai perbedaan
Perbedaan adalah kodrat manusia. Menghargai perbedaan merupakan sikap fundamental yang mesti ditumbuhkan dalam diri individu. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, menghargai perbedaan mesti ditumbuhkan dalam diri tiap individu, karena negara kita ini berdiri karena para pendiri bangsa ini menghargai perbedaan, dan dalam perbedaan itu mereka ingin mempersatukan kekuatan dan tenaga dalam membangun bangsa.
10. Tanggung jawab
Tanggungjawab merupakan unsur penting bagi pengembangan pendidikan karakter karena terkait dengan ekspresi kebebasan manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tanggung jawab ini memiliki tiga dimensi, yaitu tanggungjawab kepada (relasi antara individu dengan orang lain), tanggungjawab bagi (hubungan individu dengan dirinya sendiri), serta tanggungjawab terhadap (hubungan individu terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat).
11. Keadilan
Bersikap adil, serta mau memperjuangkan keadilan adalah sikap dasar pribadi yang memiliki karakter. Keadilan penting untuk diperjuangkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk antisosial. Untuk itulah diperlukan komitmen bersama agar masing-masing individu dihargai. Dalam konteks hidup bersama, keadilan menjadi jiwa bagi sebuah tatanan masyarakat yang sehat, manusiawi dan bermartabat. Tanpa keadilan, banyak hak-hak orang lain dilanggar.
12. Integritas moral
Integritas moral merupakan sasaran utama pembentukan individu dalam pendidikan karakter. Integritas moral inilah yang menjadikan masing-masing individu dalam masyarakat yang plural mampu bekerjasama memperjuangkan dan merealisasikan apa yang baik, yang luhur, adil dan bermartabat bagi manusia, apapun perbedaan keyakinan yang mereka miliki. Integritas moral memberikan penghargaan utama terhadap kehidupan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan yang bernilai dan berharga apapun keadaan dan kondisinya. Kehadiran individu yang memiliki integritas moral menjadi dasar bagi konstruksi sebuah tatanan masyarakat beradab. Integritas moral muncul jika individu mampu mengambil keputusan melalui proses pertimbangan rasional yang benar, dan melaksanakannya dalam tindakan secara bijak, sesuai dengan konteks ruang dan waktu tertentu. Integritas moral termasuk di dalamnya kemampuan individu untuk membuat kebijakan praktis yang bermakna bagi hidupnya sendiri dan orang lain.